Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Creepypasta Jepang - Hotel Murah

Hotel Murah
 saya bekerja di sebuah perusahaan keamanan di Jepang Creepypasta Jepang - Hotel Murah

Delapan tahun lalu, saya bekerja di sebuah perusahaan keamanan di Jepang. Perusahaan kecil yang selalu sibuk sepanjang tahun. Saat itu, beberapa dari kami harus menghadiri konferensi bisnis di luar kota. Tugasku ialah memesan beberapa kamar hotel dimana kami akan beristirahat.

Sebulan lebih sebelum konferensi, saya menemukan sebuah hotel yang memasang harga murah. Aku menemukan website milik hotel itu di internet, jadi ketika itu juga saya eksklusif memesan 4 kamar untuk dipakai sekitar satu bulan yang akan datang. Tepatnya ketika konferensi dilaksanakan. Kenapa 4 kamar? Karena kelompok yang pergi untuk mengikuti konferensi ketika itu terdiri dari 4 orang. Aku sendiri, teman kerjaku yang berjulukan Shinichi, manager kami, dan pemilik perusahaan kawasan kami bekerja.

  *   *   *

Sehari sebelum konferensi dilaksanakan, saya menelepon pihak hotel untuk mengkonfirmasi booking kamar yang telah saya lakukan dari jauh-jauh hari. Namun, saya mendapat tanggapan yang sama sekali tidak ingin saya dengar. Saat mereka mengecek pemesanan, staf hotel tersebut menyadari mereka telah menciptakan suatu kesalahan. Mereka hanya menyediakan dua kamar single untuk kami, yang tadinya kami memesan 4 kamar.

Aku sangat geram. Aku memprotesnya sambil marah-marah. Kemudian staf hotel hanya sanggup berkata, bahwa mereka tidak mempunyai kamar lain yang tersedia. Saat itu juga, saya menuntut untuk berbicara pada manajer hotel secara langsung. Alih-alih memangil managernya, staf hotel tersebut memberitahuku bila ketika itu tersedia satu kamar ganda yang sanggup berikan pada kami dengan harga yang sama dengan kamar single. Sebenarnya, saya tidak terlalu senang dengan solusi yang ia tawarkan, tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Dengan waktu 1 hari saya sudah tidak sanggup merubah rencana dan mencari hotel lain. Semua sudah terlambat.

Hari berikutnya, kami berempat tiba menghadiri konferensi.

Konferensi berjalan lancar namun berlangsung cukup lama. Setelah semua selesai, kami memutuskan untuk pergi ke hotel yang sudah kami pesan, untuk beristirahat. Walaupun tidak terlalu jauh, kami tiba di hotel itu sekitar pukul satu pagi, alasannya ialah konferensi berlangsung hingga malam. Kami segera mengambil kunci kamar di meja resepsionis. Karena kami berempat sudah sangat lelah, jadi kami eksklusif masuk ke kamar masing-masing untuk tidur. Tentu saja, pemilik perusahaan dan manajer memperoleh 2 kamar single yang tersedia. Jadi, saya dan Shinichi terpaksa harus mengembangkan satu kamar ganda.

Kamar ganda itu ada di lantai atas hotel, dan letaknya berada di pecahan belakang. Saat saya membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan, saya mencicipi perasaan ngeri yang aneh. Aku tidak sanggup menjelaskannya, tapi entah kenapa ruangan itu memperlihatkan suasana yang sangat tidak menyenangkan. Kamar ganda yang kami tempati berdua itu mempunyai dekorasi bergaya Jepang tradisional. Tapi luar biasa kotor.

Karena saya sudah sangat lelah, jadi saya eksklusif masuk ke dalam kamar dan membanting kecil koperku ke atas lantai. Aku sanggup melihat raut wajah rekanku, Shinichi yang tidak terlalu bahagia. Aku berusaha meyakinkan rekanku, mungkin saja kamar yang kami tempati ketika itu tidak seburuk kelihatannya.

Terdapat 2 buah futon (sejenis matras untuk tidur) yang disediakan di atas lantai. Keduanya terlihat higienis menyerupai baru. Tetapi segala hal lain di kamar itu sangat kotor dan berdebu. Tirai terlihat compang-camping dan lembab. Kertas dinding yang mengelupas dan dihiasi dengan tambalan-tambalan, bahkan banyak jamur yang tumbuh dihampir segala sisi kamar. Hal itu sangat menjijikkan. Dari segala kondisi yang terlihat, saya sanggup simpulkan bahwa kamar ganda yang kami tempati malam itu sudah sangat usang tidak dipakai kembali.

Di sana terdapat juga 2 buah shoji (panel kayu dengan sisi yang ditempelkan dengan sejenis kertas transparan) untuk berganti pakaian. Makara sebelum tidur, kami berdua pergi ke belakang masing-masing shoji untuk mengganti pakaian. Saat saya sedang melepaskan celana, saya menunduk ke arah lantai. Aku melihat noda merah gelap di karpet yang sedang saya injak, seolah seseorang telah menumpahkan sesuatu di sana tapi tak ada orang yang mau membersihkannya.

Aku memutuskan untuk protes ke manajer hotel wacana hal itu. Tapi tidak sekarang, mungkin paginya ketika rasa lelahku telah hilang. Pada malam itu, yang paling kuinginkan ialah cepat-cepat mandi dan pergi tidur. Namun, ketika saya masuk ke dalam kamar mandi, ada bacin busuk yang membuatku menutup hidung. Kamar mandi itu lembab dan pengap. Bak mandinya dipenuhi noda berwarna cokelat. Aku mulai muak.

Kami berdua tidak jadi mandi. Kami eksklusif saja mematikan lampu, kemudian berbaring di atas futon untuk tidur. Letak kedua futon itu berlawanan arah. Futon yang kugunakan menghadap eksklusif ke arah kamar mandi, sedangkan futon milik Shinichi menghadap ke arah jendela. Karena rasa lelah, hanya dalam hitungan menit saja, kami berdua pun tertidur.

  *   *   *

Pada tengah malam itu juga, saya tiba-tiba terbangun dalam kondisi setengah sadar. Aku mulai mengedipkan mata dan melihat sekeliling. Dalam cahaya temaram, saya melihat pintu kamar mandi terbuka. Aku sangat yakin, sebelumnya pintu itu saya tutup rapat-rapat untuk mencegah baunya memasuki ruangan. Tapi kini jelas-jelas pintu kamar mandi itu terbuka. Saat pandanganku mengarah ke pecahan lantainya, saya melihat sesuatu bergerak di sana.

Saat itu sangat gelap, saya tidak sanggup memastikan apa itu. Tapi, terlihat dua bentuk bayangan kecil menyerupai mencakari karpet.

"Apa lagi sekarang?! Tikus?! " geramku.

Aku mulai menyipitkan mataku. Aku berusaha menajamkan pengelihatanku dikondisi ruangan yang gelap ketika itu. Aku tidak percaya pada apa yang kulihat. Itu ialah kepala seorang perempuan dengan rambut hitam yang panjang. Apa yang kukira tikus ternyata ialah kedua tangan perempuan tersebut.

Tangannya yang membengkak, menggenggam dan mencakari karpet sebelum tubuhnya secara perlahan-lahan merangkak keluar dari kamar mandi, sedikit demi sedikit. Aku tidak sanggup melihat wajahnya, alasannya ialah rambut hitamitu terurai ke depan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Saat itu seperti saya lumpuh. Aku tidak sanggup bergerak. Aku hanya berbaring di sana, menatap sesosok perempuan angker itu merangkak perlahan ke arahku... inci demi inci... semakin dekat.

Aku berusaha sangat keras untuk lepas dari rasa lumpuh. Sampai akhirnya, saya berhasil mengeluarkan teriakan yang tadinya tertahan dan berjuang untuk bangun dari kawasan tidur. Segera saya menghidupkan lampu. Tapi ketika saya kembali menoleh ke arah kamar mandi, perempuan itu sudah menghilang. Tubuhku gemetar dan mulai dibasahi keringat dingin.

"Shinichi! " saya berbisik pada rekanku.

"Apakah kamu melihatnya...? Wanita itu... yang merangkak di atas lantai..."

Aku mendekat untuk mengoyang-goyangkan badan Shinichi. Tapi ternyata ia sudah bangun. Ia menoleh hingga saya sanggup melihat matanya terbuka lebar penuh ketakutan, dan dahinya yang dibahasi dengan keringat.

"Aku melihatnya..." ia berkata dengan bunyi bergetar.

"Setengah jam yang lalu, ia menatapku melalui jendela... ia menatapku..."

Kami berdua berjuang untuk berdiri, menyambar koper kami, dan lari keluar dari ruangan. Kami menghabiskan waktu semalaman di ruang manajer hotel untuk memberitahunya apa yang kami lihat.

Paginya, kami pergi ke meja resepsionis untuk protes. Sebelum pergi, saya memberitahu manajer hotel bahwa kami tidak akan pernah menginap di hotelnya lagi. Kami juga akan memperingatkan semua orang yang kami kenal untuk tidak menginap di sana.

Aku sangat shock. Pengalaman itu memberikanku stress berat yang mengerikan. Terkadang citra hantu perempuan itu masih terlintas dipikiranku. Dan rasa takut yang saya rasakan masih sama menyerupai ketika saya melihatnya di hotel sial itu.


source: scaryforkid.com
translated by aulida_wazani, wattpad
edited & improved by Akira Asayami

Post a Comment for "Creepypasta Jepang - Hotel Murah"